Diberdayakan oleh Blogger.

q

Nasib BlackBerry Ditentukan Tahun Ini?

|| || || Leave a komentar
Nasib BlackBerry Ditentukan Tahun Ini?
JAKARTA - Setelah meluncurkan BlackBerry Z3 (Jakarta) sekira pertengahan 2014, kini BlackBerry mengumumkan kehadiran BlackBerry Passport. Dengan banderol Rp9,6 juta, handset tersebut akan bersaing dengan smartphone Android, yang dijual dengan harga yang lebih terjangkau. Akankah perusahaan asal Kanada itu dapat sukses menjajakan dagangan seri terbarunya di Indonesia?
Menurut Ketua Umum Ketua Umum Asosiasi Ponsel Seluruh Indonesia (APSI), Ina Hutasoit, bila apa yang ditawarkan BlackBerry tidak berbeda dari yang sebelumnya, maka siap-siap sulit untuk memenangkan persaingan dengan produk-produk unggulan lainnya.
Berbeda ceritanya jika BlackBerry memiliki produk yang jauh lebih unggul dengan pesaingnya, terutama Android, Ina meyakinkan BlackBerry kemungkinan bisa merebut kembali pasar Indonesia.
Soal BlackBerry Passport yang dipatok Rp9 jutaan, menurutnya di luar sana masih banyak produk yang lebih bagus di kisaran harga itu. “Dengan brand lain di harga segitu, saya rasa di luar itu masih banyak yang bagus kok (selain BlackBerry). Ditambah, persaingan harga juga sangat ketat,” tuturnya.
Melalui BlackBerry Passport, perusahaan mencoba peruntungannya lagi di Indonesia. Akan tetapi, apakah itu juga akan mendongkrak penjualan? Heru Sutadi, Eksekutif Direktur ICT Indonesia berpendapat bahwa tahun ini adalah penentuan nasib baik buruknya bisnis ponsel hitam itu. "Nasib BB akan dapat dilihat dari satu atau dua tahun ini. Mereka rugi, tetapi memang kerugiannya agak menurun, kantornya dijual, kerugian yang besar tertutupi," kata Heru Sutadi saat dihubungiOkezone, di Jakarta, Selasa (11/11/2014).
Heru menjelaskan, adanya seri BlackBerry Jakarta (Z3) yang dirilis beberapa waktu lalu juga dirasa kurang mendongkrak penjualan handset BlackBerry. "Enggak ngangkat. Seolah-seolah Jakarta, tapi gak ngangkat. Kebanggaan pakai BB-nya sudah lewat, momentum loyalnya tidak dijaga. Kenapa FB beberapa waktu lalu datang ke Indonesia, agar menaikkan ratingnya, yang mulai tersaingi dengan Twitter. Rating puncaknya 2010-2011 kalau BB. Sekarang sudah berat," pungkasnya.
Heru lebih lanjut mengungkapkan, BlackBerry kehilangan momentum untuk bisa mendapatkan antusiasme yang tinggi dari pemerintah Indonesia untuk membangun pabrik atau server di Indonesia. "Sudah terlambat, momentum itu kadangkala tidak datang dua kali. Sekarang orang bisa pakai BBM (BlackBerry Messenger) di platform yang lain. Ramai juga aplikasi WhatsApp dan sebagainya," tambahnya.
Seandainya BlackBerry bangun pabrik dan server di Indonesia, barangkali kondisinya mungkin tidak merosot seperti saat ini. "Andai kata, mereka bangun pabrik 2009-2010, orang Indonesia ada rasa nasionalisme juga. Pemerintah akan meng-endorse. Mereka berkontribusi kalau misalkan bangun pabrik, SDM dari kita, dari orang Indonesia. Pabrik di Indonesia, tentunya kita ada kontribusi. Orang Indonesia banyak, lulusan kampus, ITB, UI dan lain-lain, kalau kita tidak menyediakan lapangan kerja, akhirnya banyak pengangguran. Kita lihat pola ekonomi, apa yang kita beri, apa yang kita terima," jelasnya.
Sumber
/[ 0 komentar Untuk Artikel Nasib BlackBerry Ditentukan Tahun Ini?]\

Posting Komentar